Minggu, 07 Maret 2010

MISSING CHAPTER, MISSING ME

Entah kenapa aku tidak bisa tidur malm ini. Wewh.. padahal besok pagi-pagi sekali aku harus meninggalkan Malang untuk PKLI. Atau sebegitu manjurkah dua teguk kopi sore tadi hingga mampu membiarkan mataku tetap terjaga. Ah, apa peduliku. Kali ini kumanfaatkan begadangku untuk sebuah perenungan. Bukan lagi bercumbu dengan puisi semu seperti hari-hari yang lalu. Perenungan tentang hidup, kawan. Well, just going to the topic..

Hidup itu kata banyak orang, selayaknya membuka sebuah buku dimana ada awal, juga akhir - that every single thing which has a start always has the end- dan adalah suatu kemutlakan bahwa sesuatu yang hidup itu pasti mati (baca: berakhir). Bahwa jika kisah hidup kita diibaratkan bab, maka ketika suatu bab berakhir, akan di ikuti babak baru yang lain. Dan tak ada satupun yang bisa menebak, apa bagian akhir dari tiap babnya. Kecuali penulisnya, penciptanya.

Buatku, dan mungkin buat banyak orang, tiap hari yang kan kita lalui adalah misteri, adalah rahasia. Meski kadang kita tak bisa menyangkal jika kita merasa bosan menjalani hari-hari yang selalu bergumul dengan masalah. Yang bahkan semakin kedepan, semakin sarat dengan masalah.. sarat tantangan. Bukan berarti kita bisa berhenti berusaha dan menyerah dengan keadaan. Bukan. Sebab terlalu naif untuk berbuat demikian. Tuhan ciptakan masalah bagi hambanya sesuai kemampuan kita. Kita bisa berkaca pada alam, pada bentang sahara yang tetap bercahaya saat surya membakar tiap-tiap bulirannya. Pada ranggas daun, yang meliuk pikuk dipermainkan angin lalu rebah ketanah, tanpa melenguh, tanpa mengeluh.

Bersyukur. Ya, bersyukur. Adalah satu kunci yang bisa membuat hidup kita indah, sepahit apapun itu. Ketika kita punya kesadaran untuk mensyukuri tiap detik yang diberikan Nya, tiap sengal nafas yang masih di ijinkan untuk dihirup. Pun tiap-tiap enigma yang menyiratkan kita ada. Dengan begitu, kita bisa berpikir lebih bijak. Dan bisa berdamai dengan mereka, yaitu semua masalah yang sering membuat kita nyaris putus asa.

Mungkin, ada hari dimana kita harus mencecap sulit yang membelit. Dan itulah bagian dari kisah hidup, kawan. Bagian dari bab sebuah buku kehidupan. Tapi Tuhan maha pemurah. Diberikannya kita berkah untuk tetap memiliki mental yang sehat, jiwa yang tegar. Hingga perlahan badai menggerimis reda, dan kita bisa tertawa laiknya mereka. Yakni mereka yang menganggap masalah bagian kelumrahan dari hidup.

Dan sebenarnya adalah sulit bagi kita untuk sekedar membaca. Membaca hati seseorang yang kadang berbalik dari kenyataan. Banyak orang yang terlihat memiliki segalanya dari luar, ternyata rapuh di dalam. Bahkan mungkin mereka harus berusaha lebih keras untuk terlihat sebagai manusia normal demi alasan-alasan yang mungkin tidak dimiliki orang kebanyakan yang terlahir sebagai orang biasa-biasa saja.

Terkadang, ada saat di mana kita merasa kehilangan sesuatu dalam hidup. Selaiknya sebuah bab dalam buku, ada halaman yang hilang. Dimana kita merasa asing saat tiba-tiba jalan cerita begitu berubah. Dan lalu kita berpikir untuk memiliki lembar yang harusnya terjadi sebelum lembar yang lain terbaca. Terjadi. Dan itulah yang kita namakan the Missing Chapter.

Butuh waktu dan perenungan, untuk tahu apa sebenarnya yang menjadi missing chapter dalam buku kehidupan kita. Lalu, mulailah kita mengawali pencarian. Dengan banyak praduga dan prasangka. Lalu saat sadar kesimpulan kita salah. Kita kecewa. Ah, aku sendiri sampai saat ini tidak terlalu yakin dengan apa itu ”the missing chapter?”. Hingga lelah sudah raga ini dalam pencarian tak bertuan.

Namun, akhirnya aku bisa mengerti bahwa semakin aku mencari apa yang hilang dalam hidupku -dulu- aku malah merasa bahwa aku telah membuang satu babak hidupku dimasa sekarang. Terlalu ironiskah? Artinya, sejatinya benar apa kata mereka. Bahwa kita seharusnya tidak perlu menyesali apa-apa yang tidak kita miliki, melainkan mensyukuri apa apa yang kita miliki saat ini.

Dan dengar kawan, mungkin hal-hal yang kita pikir ”the missing chapter” itu sebenarnya malah tidak pernah hilang. Ia ada pada halaman-halaman yang manis untuk dibaca di bab awal. Atau mungkin juga ada yang malah manis ketika harus dinikmati diakhir cerita. Ah, mungkinkah begitu?

Mereka bilang bahwa tiap-tiap pertanyaan pasti ada jawaban. Tapi apa salahnya jika Tuhan berkehendak lain. Bahwa tiap-tiap pertanyaan pasti akan memiliki jawaban pada waktunya. Pada saat yang tepat. Jadi ketika kita merasa lelah sebegitunya menanti jawaban dari missing chapter dalam buku kehidupan yang kita punya. Tetaplah bertahan. Bukan menyerah pada keadaan atupun lari dari kenyataan. Bukan.

Aku teringat seseorang yang pernah mengatakan, bahwa adalah mutlak atas kita kemenangan. bagi kita yang tak pernah letih meski tertatih. Pun mengeluh meski berulangkali jatuh. Selagi masih mengalir senandung dzikir dan rapalan doa. Maka adalah mutlak atas kita, sebagaimana telah di janjikan dalam firman tuhan. Dalam larik-larik kitab suci yg tak seorang pun mampu mengingkari. Ah, bukankah ada benarnya.

Yang pasti, saat ini aku berusaha meyakini satu hal dalam hidupku. Bahwa penghargaan akan hidup dan kehidupan saat sekarang adalah lebih berarti daripada hanya sekedar mengkultuskan masa lalu. Dalam artian, melangkah kedepan meski harus aku tertatih akan jauh lebih baik daripada harus ku susuri masa lalu dengan penuh peluh. Cukup jadikan ia pelajaran tanpa harus menjadikan ia degup hidup dalam jantungmu. Jangan. Itu saja.

Well, thank a bunch God. For giving me more chance to see, to feel, to touch, to hear. For every single magic in each hour of my life. For the rains, the sun, the rainbow and every drop of love created… For everything!

2 komentar: