Seperti kemarin,
Selalu saja kutuliskan rentet kata-kata yang tak juga menggerimis reda,
Ia menghujan tanpa jeda membasahi kertas buram kehidupan
Tersaji rapi laiknya barisan hikayat tentang Sulaiman
Dan,
Terhenti tarian tanganku dengan pensil hitam diantara buku2 jemariku
Menggurat cerita, mengisahkan alur hidup seorang hawa
Aku tau lelah mata ini untuk sekedar terus terpicing,
Dan ujung pensilku kini tak lagi runcing
Lalu,
Kemanakah kan kukayuh hidup?
Bukankah hidup selalu memilih jalannya sendiri?
Lihatlah,
Sedari dulu disini aku mematung kelu
Dan semuanya terjadi diluar kendaliku,
Dan ah,
Takdir biarkan kali ini aku ungkapkankan kisahku sendiri,
Biarkan sekali saja jari jemariku menari hingga usai
Percayalah,
Tak kan pernah aku menyerah kalah dengan mudah
Pun, berputus asa jika dirundung masalah,
Tak kan mudur rapuh ragaku meski rintangan menghadang,
Tak kan ada airmata jika harus hatiku terluka
Tak kan kuratapi mereka yang menghilang
Ataupun menjadi mati saat kesepian menggerinda
Takkan pernah!
Sungguh, biar ku torehkan sendiri merah, hitam-putih warna yang terukir
Dan engkau takdir,
Duduklah diam dipojok sana
Biarkan aku jalani hidup selayaknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar