Selasa, 22 Desember 2009

Sajak Chairil Anwar

Dan,
Dalam bias bulan tak bertuan,
Kau bacakan penggal puisi tentang kisah klise kehidupan
Pekat nikmat kusantap kata dari penyair Pribumi yang kau sebut Nabi,
Tentang sabdanya yang memaku pada beku nafasku
Saat gerimis melukis, dia menulis:
“Sekali berarti, sesudah itu mati”
Dusta!
Jeritmu meliar gila!
Duhai,
Atas dasar apa logikamu menyalak galak?!
Sebab fana dunia memang tak pernah bisa kau tolak!
.
.
.
(Chairil Anwar's Lover, Malang 2nd of June '09)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar