Selasa, 22 Desember 2009

LUKA

(A poem of revealing d’pain haunted)

.

.

.


.

.



.

.

.

.

.
Senja merayap saat hujan meliar kelam

Mematung aku demi kaki hujan yg berkejaran

Tatapanku hilang dalam guyur

Mengeja riak air yg tak kunjung luntur,

dan,

jerit langit mengabarkan lara

LAKSA LARA PADA LARAKU LARA MENGHUJAM SELARAS HUJAN YANG MENYIRAM TANDUS BUMI

DENGAN LELUASA

Tak juga redup meski kuyup tanah luapkan LUKA

Pun,

saat gelap menguap,

malam melukis senyum, menulis bait puisi Gibran tentang cinta Luna pada Semesta

lewat tirai air yg meluruh
Meretas awan yg menjadikannya peluh

Haruskah aku berkaca pada mereka?

Pada hujan yg meratap pilu saat kabut tak lagi mampu menanggung BEBAN yg menyiksa

T_T

.

.

.


(deep hurT, deep cry in d’end of raining Nov 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar