(A poem of revealing d’pain haunted)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senja merayap saat hujan meliar kelam
Mematung aku demi kaki hujan yg berkejaran
Tatapanku hilang dalam guyur
Mengeja riak air yg tak kunjung luntur,
dan,
jerit langit mengabarkan lara
LAKSA LARA PADA LARAKU LARA MENGHUJAM SELARAS HUJAN YANG MENYIRAM TANDUS BUMI
DENGAN LELUASA
Tak juga redup meski kuyup tanah luapkan LUKA
Pun,
saat gelap menguap,
malam melukis senyum, menulis bait puisi Gibran tentang cinta Luna pada Semesta
lewat tirai air yg meluruh
Meretas awan yg menjadikannya peluh
Haruskah aku berkaca pada mereka?
Pada hujan yg meratap pilu saat kabut tak lagi mampu menanggung BEBAN yg menyiksa
T_T
.
.
.
(deep hurT, deep cry in d’end of raining Nov 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar