Rabu, 23 Desember 2009

PENANTIAN

Aku tak mengerti sebab apa Mentari ada
Tak juga mengerti sebab Gradasi memoles Pelangi
Dan aku masih juga tak mengerti sebab getaran memasung jiwa
Meski kucoba mengikis,
dan peluh menguyupkan penat kulit epidermis
Hanya kosong menyergap asa,
Menghentak ingatanku pada lumer Darah
Semburat Sperma
Lalu serpih kromoson,
Sembur tangis oleh mungil yang menggigil
Bangunkan aku sebagai titisan Hawa!
Mengumbar sumpah dengan tajam kata,
Berlari dari candu cinta yang memabukan
Tapi getar ini makin nyata,
Menebar wangi Danube pada Samum yang menyiksa
Pun,
Tak ingin aku memulainya
Biar semua mengalir apa adanya
Meliuk perlahan,
Tak berjeda,
Lelap tanpa paksa…
.
(Inspired By AFH’s Malang 19 September 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar