Kudus malam ini,
larut ragaku bermunajat dalam khidmat
Ku lukis bayangmu di kanvas pekat langit malam Jum’at
Untuk mengenang tiap leleh peluhmu yang menyesaki tubuh
Dan tiap-tiap lenguh suaramu melawan sakit yang tak kunjung sembuh
Namun di terik panas sinar sang surya
Terus saja kau kayuh sepeda tua,
menyusuri aroma tanah pada jalan-jalan desa
Menyampaikan sekelumat firman Tuhan atau sekedar hukum boneka
Sementara orang tertawa!
Pun, kau masih tetap bertahan,
Mengabdikan hidupmu pada mereka yang haus keilmuan
Bergelut dengan terjal kehidupan demi cita anakmu
Hingga rebah ringkih raga saat Izrail menjemput nyawa
Terlukis senyum di bibirmu dengan rona tembaga
Senyum harapan untuk kami anak-anakmu yang merindukan pendar bulan
Dan meski sembilan Hijriyah berlalu sudah,
Kau Ayah,
Terus membayangi langkah kami dalam kerinduan tak bertepi
Biar kubisikkan padamu wahai peneduh jiwa,
”Di sini kami hidup bahagia selayaknya mereka”
Dan kaulah teladan bagi kami yang tak pernah menyerah
Mengubah segala susah menjadi indah
.
.
.
.
.
[Malang Dec 17 2009]
.
Remembering my beloved one,
my late Dad,
my everything!
Peace be upon you, AMEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar