Selasa, 22 Desember 2009

NOVEMBER

Duhai Rabku sang pelipur lara

Damai yang kulumat saat Kau dekat

Dalam sujud panjang syukur kuluapkan

Bening hati yang kurasakan,

Nyaris melayang tuk gapai Tsurraya

Sayapku tak lagi retak

Terbang lepas tinggalkan gerhana

Jiwaku tak lagi rapuh

Meski pangeranku tak lagi bertahta

Birunya November saat itu

Mengkoyak moyak lunglai tubuhku

Perih,

Lara tak terperi

Menciptakan telaga asin oleh airmata

Dan hatiku remuk dibuatnya

Wahai pangeran yang pernah kupuja

Aku bukan lagi padusi dalam bingkai usang seorang hawa

Bukan pula medusa yang memaku pada beku purba tanpa nyawa

Sebab takdir ini telah mengubahku

Seirama dentang jam dengan tangkai-tangkai yang merayap pada tembok waktu

Yang mendewasakanku dalam ruang duka

Dan menempa beku tubuhku dalam nyala bara

Terus meliuk tanpa jeda

Tanpa kesah,

Pun tawa,

Melainkan ia mengkristal,

Biaskan aura pada fana dunia,

Yang meluruhkan enigma cinta pada seorang lelaki tanpa nama

Menguatkan hati tuk bertahan,

Menghapus ingatan akan pangeran

Menyisakan serpihan citra dalam bejana

Hingga lautan tawar oleh asanya,

Dan dalam diam kupahat langit-langit perapian

"Biarkan aku lepas mengejar nirwana"

Terbang tinggi dengan sayap ini

Malaikat kan menemani

Meretas lara menuang puisi

Merentang ikhlas tuk lepas bebas dari pangeran pendusta

Hingga Rabku semata yang kupuja

Yang mengalirkan rindu dalam nadiku

Dan tanpa pangeranku,

AKU MAMPU

……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar