Duhai Rabku sang pelipur lara
Damai yang kulumat saat Kau dekat
Dalam sujud panjang syukur kuluapkan
Bening hati yang kurasakan,
Nyaris melayang tuk gapai Tsurraya
Sayapku tak lagi retak
Terbang lepas tinggalkan gerhana
Jiwaku tak lagi rapuh
Meski pangeranku tak lagi bertahta
Birunya November saat itu
Mengkoyak moyak lunglai tubuhku
Perih,
Lara tak terperi
Menciptakan telaga asin oleh airmata
Dan hatiku remuk dibuatnya
Wahai pangeran yang pernah kupuja
Aku bukan lagi padusi dalam bingkai usang seorang hawa
Bukan pula medusa yang memaku pada beku purba tanpa nyawa
Sebab takdir ini telah mengubahku
Seirama dentang jam dengan tangkai-tangkai yang merayap pada tembok waktu
Yang mendewasakanku dalam ruang duka
Dan menempa beku tubuhku dalam nyala bara
Terus meliuk tanpa jeda
Tanpa kesah,
Pun tawa,
Melainkan ia mengkristal,
Biaskan aura pada fana dunia,
Yang meluruhkan enigma cinta pada seorang lelaki tanpa nama
Menguatkan hati tuk bertahan,
Menghapus ingatan akan pangeran
Menyisakan serpihan citra dalam bejana
Hingga lautan tawar oleh asanya,
Dan dalam diam kupahat langit-langit perapian
"Biarkan aku lepas mengejar nirwana"
Terbang tinggi dengan sayap ini
Malaikat kan menemani
Meretas lara menuang puisi
Merentang ikhlas tuk lepas bebas dari pangeran pendusta
Hingga Rabku semata yang kupuja
Yang mengalirkan rindu dalam nadiku
Dan tanpa pangeranku,
AKU MAMPU
……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar